Bakesbangpol KBB Hadirkan Mantan Teroris Sosialisasikan Pencegahan Radikalisme dan Terorisme
KBB, reformasitotal.com
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bandung Barat (KBB) hadirkan William Maksum yang diketahui mantan teroris asal Bandung, Jawa Barat. Dalam kegiatan acara Sosialisasi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme pada Aparatur Sipil Negara (ASN) KBB di Ballroom Lantai 4 Gedung B, perkantoran Pemkab Bandung Barat, pada Rabu (30/3/2022).
Kepala Kesbangpol KBB, Ir. HM. Soeryman Effendy mengatakan, kehadiran William di acara sosialisasi tersebut, diharapkan bisa memberikan wawasan kepada ASN KBB terkait bahaya faham-faham radikalisme dan terorisme.
“Dalam kesempatan ini, diharapkan kehadiran William di acara sosialisasi tersebut mampu memberikan wawasan terkait bahaya terorisme pada masyarakat. Paling tidak, para ASN bisa membantu memberikan pemahaman pada masyarakat di sekitarnya, agar tidak mudah terpengaruh dengan isu-isu yang menyesatkan,” ujarnya, pada Rabu (30/3/2022).
Ditempat yang sama, dalam kegiatan tersebut, di depan ASN KBB, eks teroris, William Maksum bercerita tentang masa-masa kelamnya, dan menceritakan kejadian pahit yang menimpa pada saat di dalam bui (penjara).
“Hikmah yang bisa saya ambil, pertama dalam suatu pemahaman itu kita tidak cukup dengan satu pemahaman. Kita perlu membaca referensi tentang suatu masalah dari berbagai macam pemahaman,” katanya.
Wiliam menuturkan, jika wawasan luas, maka pandangan terhadap sebuah permasalahanpun tidak sempit. Selain itu, orang tidak akan fanatik dengan sebuah pemahaman.
Setelah hijrah, Wiliam mengaku, kehidupan yang ia jalani jauh lebih baik dan bisa dihargai oleh banyak orang.
“Kita tahu ketika kita melakukan suatu aksi yang menyebabkan suatu nyawa menghilang, yang dirasakan oleh korban kitapun sama seperti yang dirasakan teman-teman kita yang meninggal juga,” jelasnya.
Lebih lanjut Wiliam menegaskan, aksi yang dianggap sangat keliru tersebut untuk bisa diambil hikmahnya, agar supaya lebih berhati-hati dalam menyikapi suatu hal dari segi sudut pandang secara luas.
“Berguru dan belajar agama ke ahlinya. Kemudian, ketika ada pemahaman yang berbeda, coba diskusikan dengan yang lebih paham. Jangan langsung ditelan mentah-mentah,” tambahnya.
Sementara, Perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kompol Satori yang menjadi narasumer pada kegiatan sosialisasi tersebut menyatakan faham radikal tersebut tidak akan berhenti sepanjang mereka itu mempunyai niat untuk menjadikan negara ini menjadi negara Islam.
“Sepanjang para teroris niatnya belum terwujud, aksi mereka akan terus berlanjut dan bahkan ada regenerasi,” katanya.
Munculnya aksi terorisme tersebut, Satori menjelaskan, disebabkan adanya pemahaman yang salah. Kemudian masuk ke pergaulan yang salah pula, sehingga ia meminta agar masyarakat berhati-hati dalam menyikapi isu-isu yang menyesatkan.
“Bagi kami seandainya ada kelompok masyarakat yang seperti itu, kami melibatkan beberapa stackeholder untuk sama-sama mendeteksi terhadap adanya faham seperti itu,” pungkasnya.
Di sisi lain, Waka Polres Cimahi, Kompol Niko Nuralloh Adiputra mengatakan, bahwa pintu masuk atau gerbang masuk yang mengarah ke radikalisme maupun terorisme adalah intoleransi.
Menurutnya, Intoleransi adalah perbedaan antara dua pendapat, dari perbedaan tersebut akhirnya masuk pemahaman pemahaman karena seseorang itu mencari jawaban atau jati diri.
“Pemahaman itu akhirnya disusupkan menjadi doktrinisasi yang bisa mengarah terhadap radikalisme,” imbuhnya.
Melihat pada daerah rawan terorisme di wilayah KBB, Niko mengatakan semua daerah bisa menjadi potensi penyebaran pemahaman radikalisme.
“Jadi seluruh tempat sebetulnya bisa. Tapi tentunya kita bersama stackeholder terkait, kita harus bisa saling menjaga dan pengawasan terhadap diri kita maupun komunitas kita,” tutupnya.(***Adv).
Korwil Jabar
DRIVANA