Cerita Bersambung Kutunggu Kau Di taman Merlion Singapura-(11)

Halaman 51-55

Kehadiran Jefri membuat Pak Hasan sedikit ceria. Salma, isteri Pak Hasan juga heran melihat perubahan suaminya. Selama ini suaminya tidak banyak bicara, wajahnya murung terus. Salma sengaja membiarkan Jefri dan suaminya berduaan di kamar.

“Zizah, sebaiknya kau jangan masuk kamar dulu. Biarkan ayah kau tu bercakap-cakap dengan Jefri. Mak lihat mereka tu sangat akrab, dan coba lihat wajah ayahmu. Dia begitu ceria kelihatannya, dan mulai bisa tertawa.”

“Ya, tetapi Zizah nak hantarkan pepaya ini buat ayah.”

“Berikan saja pada Jefri, sudah itu kau keluar lagi, ya ? Mak senang, ayahmu bersemangat lagi, dan mak percaya, kalau Jefri lama kak sini, ayahmu pasti lekas sembuh,” bujuk isteri Pak Hasan.

Sebagaimana yang dipesankan ibunya, Azizah langsung keluar dari kamar begitu diberikannya potongan-potongan pepaya pada Jefri. Jefri langsung menyuapinya pada Pak Hasan. Terus saja Jefri dan Pak Hasan bersenda gurau tanpa ada yang mengusik. Fuad saja, ketika akan masuk dilarang oleh isteri Pak Hasan. Hal yang tak diduga pun terjadi, ketika dia melihat suaminya sudah dapat duduk, bersandarkan bantal. Sampai menjelang malam, saat Jefri pamitan untuk pulang, suaminya masih duduk, dan dapat mengucapkan terima kasih pada Jefri dengan suara yang jelas terdengar. Sebenarnya ingin sekali Jefri mengajak Azizah untuk bermain-main ke taman burung di Jurong, malah ke Pulau Sentosa, atau menonton film. Tetapi dirungkannya. Tidak mungkin dia bersenang-senang dengan Azizah, sementara Pak Hasan sedang menderita. Ingin sekali rasanya dia membeli sesuatu hadiah untuk Azizah, dari hasil jerih gajinya selama ini. Jefri akan membeli cincin emas yang manis untuk dilingkarkannya di jari manis Azizah. Tidak dengan upacara resmi memang, tetapi minimal dengan pemberian cincin yang di dalamnya telah diukir nama Jefri, paling tidak dia mengikat Azizah. Pintu lift terbuka dan kosong. Jefri menekan angka enam. Lamunannya terusik, ketika bel lift berdering dan pintu lift terbuka. Jefri bergegas melangkah keluar, menuju ke kamarnya.

Jefri tidak menyangka kalau hubungannya dengan Azizah menyebabkan Pak Hasan sampai jatuh sakit. Apalagi sampai menjadi bahan pertengkaran antara ayah dengan anak. Kalau seandainya dia menemui Rahmat, mungkinkah Rahmat kan mengadukannya kepada Mr. Tan ? Apa reaksi Mr. Tan terhadap dirinya nanti. Masalah ketidaksenangan Rahmat terhadap para pelaut, demikian mendalamnya. Sampai-sampai dia tidak merelakan adiknya berhubungan dengan pelaut bahkan untuk itu dia sanggup bertengkar dengan ayahnya sendiri. Haruskah aku tinggalkan Azizah agar keluarga mereka damai kembali ? Tetapi bagaimana dengan perasaan Azizah sendiri ? Baru berhubungan saja sudah demikian kerasnya reaksi Rahmat, bagaimana kalau kedatangannya kali ini ingin bertunangan dengan Azizah ? Kalau sampai acara tersebut berlangsung, tanpa kehadiran Rahmat, akibatnya akan sangat fatal. Jangan-jangan malah Rahmat akan menggiring Jefri ke sel tahanan, dengan alasan membuat keonaran dalam keluarganya. Hubungan biasa saja, Rahmat tahu, apalagi sampai bertunaugan. Tetapi Jefri tetap dengan niatnya untuk membawa Azizah ke toko emas.”Aku akan membeli dua cincin dan menggrafimya. Tentu saja di cincinku tertera nama Azizah, dan di cincin Azizah, tertera namaku. Terus berapa bulan kemudian aku harus menikah dengan Azizah ? Adakah aturannya soal batas waktu antara tunangan dengan perkawinan ?” Jefri terus saja gelisah. Baru saja diputar posisi tidumya, terdengar ketukan pintu berulang-ulang, dan memanggil namanya. Dengan perasaan berat dan terpaksa, Jefri bangkit, melangkah menuju pintu, dan membukanya.

“Mad, kalau aku boleh menebak, kau membangunkan aku untuk mengajak makan, kan ?” “Benar ! Kau ni tahu saja Jef kalau aku tu nak ajak kau makan. Tetapi aku minta maaf kalau aku telah mengusik tidurmu.”

“Oh tak apa, tak apa Mad, kebetulan perutku sedang bernyanyi-nyanyi minta diisi.”

“Kalau tadi kau yang menebak, kini giliranku boleh kutebak apa kerjamu di dalam kamar ?”

“Tentu, tentu saja Mad, apa sih yang ingin kau tebak tentang diriku ?”

“Pertama, kalau tidak salah, kau ini sedang memikirkan seorang wanita, dan wanita itu ada di bawah sana. Tak iye Jef ?”

“Terus yang kedua apa ?”

“Yang kedua, tak lain, kau tu sedang lapar, nah kau nak tunggu apalagi, ya keluarlah.”

“Kau ni bisa saja Mad. Tebakanmu tidak ada yang salah, hanya, aku bingung hadiah apa yang pantas aku berikan padamu.”

“Hadiahnya tak perlu susah-susah Jef”

“Hayo sebutkanlah. Sebisanya, aku akan mengabulkannya.”

“Aku ingin suatu waktu nanti, kalau kau sudah sukses, jangan melupakau aku. Kedua, dengan memakan masakanku saja, aku anggap itu sudah hadiah Jef”

“Oh, kalau soal itu, jangan takut Mad. Aku ini orang yang paling sulit melupakan kebaikan seseorang. Percayalah Mad, tidak mungkin aku melupakanmu. Soal masakan, aku tidak ada persoalan. Apalagi masakanmu, pastilah aku sikat.”

“Terima kasih Jef kalau masakanku dapat kau terima. Karena yang aku tahu kau biasa makan dari restoran satu ke restoran lain di Singapura ini. Terutama, kalau hersama Azizah tak iye Jef ?”

“Akh kau ini ada-ada saja. Dari soal makanan, sampai ke Azizah. Sudahlah Mad, aku sedang pusing memikirkan abangnya si Azizah tu ! Ini jadi makan enggak ?”

“Kita ini lelaki Jef, buat apa bingung soal orang lain. Yang penting kan Azizah”

“Hah, kalau bicara, kau bisa saja Mad. Kau sendiri sampai sekarang masih bujangan. Sudahlah Mad, terlalu banyak cerita nanti seleraku hilang. Apa aku harus pergi ?”

“Jef, Jef, jangan begitulah. Malam ini aku sengaja masak spesial untukmu, kau malah nak pergi. Ayolah, Jef.” bujuk Ahmad melangkah menarik tangan Jefri. Akhirnya mereka menuju ke meja makan dan duduk berhadapan. Tetapi Ahmad tiba-tiba berdiri kembali.

“Sebentar Jef, aku nak putar lagu, biar suasana makan kita lebih romantis.”

“Ha, ha, sejak kapan kau romantis begini Mad. Kau ini mulai ada kemajuan. Hebat, hebat sekali ! Cobalah, aku ingin dengar lagu apa yang kau pilih untuk suasana seperti ini”

“Sebentar,” jawab Ahmad memilih kaset, kemudian menyetelnya. Berkumandanglah Silhouette dari album Montage-nya Kenny G.

Kehadiran Jefri suatu obat yang mujarab bagi kesehatan Pak Hasan. Kian hari hubungan mereka kian akrab. Pada hari ke sepuluh Jefri menemani Pak Hasan, ada kegiatan baru yang mereka lakukan setiap pagi, yaitu lari pagi. Walaupun hanya menyelusuri Beach Road, dari ujung ke ujung. Sesekali mereka mengitari Taman War Memorial, Taman ini selalu ramai setiap paginya. Berbaur antara warga Singapura dan warga pendatang, dan para wisatawan mancanegara, karena di sekitar taman ini dikelilingi hotel-hotel yang cukup terkenal. Diantaranya, hotel Raffles, Westin Stamford, dan Marina Mandarin. Tidak jauh dari sana, ada juga lapangan yang selalu dipenuhi orang-orang, yaitu kawasan Balai Kota Singapura. Tidak saja dengan Pak Hasan, tetapi selama kapal berlabuh, hubungan Jefri dan Azizah pun kian bertambah akrab. Tugas Azizah setiap pagi adalah menyiapkan sarapan untuk Jefri dan ayahnya. Pada saat Pak Hasan mandi, tinggallah Azizah dan Jefri. Sesekali tanpa sungkan dengan kedua orang tuanya, Azizah menyiapkan keperluan mandi, apabila Jefri mandi di sana.

Saat Jefri memasuki kamarnya, Ahmad datang menghampirinya. Dengan tergopoh-gopoh Ahmad menyampaikan pada Jefri, bahwa dirinya ditunggu Kapten Martin di kamarnya .

“Apa saja kata Kapten Martin, Mad ?”

“Tak banyak, dia hanya inginkan kau datang ke kamarnya,” jawab Ahmad menunjuk ke arah kamar Kapten Martin.

Jefri bergegas menuju ke kamar Kapten Martin. Jefri sangat khawatir, kalau-kalau peristiwa hubungannya dengan Azizah telah diadukan Rahmat pada Mr. Tan. Kian berdebar jantung Jefri, ketika Kapten Martin memintanya duduk di depannya.

“Silahkan duduk Jef, ada urusan penting yang harus aku sampaikan padamu. Kemarin, ketika aku ke kantor, Mr. Tan meminta kau pagi ini datang ke kantor”

“Masalah apa ya Kap ?” desak Jefri segera ingin tahu kenapa dirinya dipanggil Mr. Tan.

“Saya sendiri juga belum mengetahuinya. Tetapi yang jelas, aku juga harus ikut bersamamu ke kantor, jadi kau siap-siap sajalah. Aku tunggu di sini, ya ?­“

“Baik Kap, baik. Kalau begitu, saya permisi dulu, Kap,” kata Jefri berdiri dan pamitan pada Kapten Martin.

Kembali berkecamuk pikiran Jefri. Digantinya pakaiannya buru-buru, kemudian didekatinya Ahmad.

“Mad, mati aku Mad, pagi ini aku dipanggil ke kantor.”

“Lho, memangnya ada apa Jef ?”

“Jangankan aku, Kapten Martin saja yang sama-sama dipanggil katanya, belum tahu masalahnya.”

“Sudahlah Jef, kalau dengan Kapten Martin kesananya, tenang-tenang saja lah.”

“Yang aku takutkan, kalau yang dipersoalkan tentang hubunganku dengan Azizah.”

“Kenapa bisa begitu, Jef ? Bukankah mencintai seseorang adalah hak semua orang ? Hanya, terserah orang yang kita cintai, mau menerima kita atau tidak. Kalau ternyata orang yang kita cintai mau menerima kita, tidak ada masaah kan ?”

“Itulah dia Mad. Aku lupa menceritakannya padamu. Atau barangkali kau juga sudah tahulah, kenapa Pak Hasan sampai masuk rumah sakit kan ? Apalagi, kaulah yang menjaga Pak Hasan selama dia di rumah sakit.”

“Oh, masalah Pak Hasan ribut dengan anaknya yang polisi itu ?”

“Benar Mad. Tetapi yang jadi biang keladinya aku Mad !”

“Kenapa bisa begitu, Jef ? Engkau itu salah apa ?”

“Aku disalahkan, karena aku pelaut. Nah, menurut abang Azizah yang polisi itu, adiknya tidak pantas berhubungan dengan aku.”

“Harusnya, dengan siapa ?”

“Ya, dengan kau lah barangkali, Mad !”

“Hei Jef, kau nak main tebak-menebak lagi, kah ? Atau kau nak…..”

“Boleh, boleh, tetapi aku pergi dulu Mad, takut nanti Kapten Martin terlalu lama menungguku, aku tidak enak. Do’akan aku baik-baik saja, ya Mad !”

“Tentu, tentu Jef, aku selalu mendo’akan kesuksesanmu,” ujar Ahmad mengantar Jefri sampai di depan pintu.

Dengan menggunakan taksi, Kapten Martin dan Jefri menuju ke kawasan Robinson Road. Sampai di Tan Hau Shipping, Lili sekretaris Mr. Tan langsung berdiri menyambut kehadiran Kapten Martin dan Jefri.

“Langsung saja masuk Kap, Mr. Tan sudah memberi pesan, kalau Kapten datang, diminta menghadap,” kata Lili begitu melihat Kapten Martin dan Jefri masuk.

“Oke, thank you lah !” balas Kapten Martin dan Jefri terus melangkah ke ruangan kerja Mr. Tan.

“Hallo, silahkan, silahkan duduk Kap. Bagaimana dengan anak muda kita ini Kap, apa dia cukup handal di kapal ?” sapa Mr. Tan sekaligus menunjuk ke arah Jefri.

“Terima kasih,” ujar Kapten Martin langsung menggeser kursinya dan duduk.”Kalau anak muda kita ini, calon pengganti saya nantinya,” lanjut Kapten Martin menjawab pertanyaan Mr. Tan.

“Lho. Bukannya dia di bagian mesin ?” Tanya Mr. Tan.

“Benar, tetapi selama di kapal, dia banyak belajar tentang navigasi,” jawab Kapten Martin.

“Bagus itu Jef, kau harus banyak belajar. Ini begini Kap, saya dapat order dari Hong Kong, yang meminta kita menyiapkan enam orang tenaga kerja. Diantaranya mereka meminta satu orang kapten. Karena linenya Hongkong – Filipina, saya panggil Anda, kalau-kalau Anda tertarik” ujar Mr. Tan menjelaskan maksudnya memanggil dan menawarkan pada Kapten Martin.

“Wah, tentu saja saya tertarik, dan itu artinya, saya bisa pulang kampung terus, kan ? Tetapi bagaimana dengan anak muda kita ini,” ungkap Kapten Martin gembira dan menunjuk ke Jefri.

“Dari daftar yang kurencanakan, semuanya tidak ada yang bisa berbahasa Mandarin, jadi biar Jefri yang mengantarkan kalian. Setelah semuanya beres, dia akan kembali lagi ke sini.”

“Kalau begitu, berikan nama-nama itu pada saya. Kalau boleh tahu, kapan kami harus berangkat ?” Tanya Kapten Martin.

“Sebentar, sebentar ya,” kata Mr. Tan kemudian mengangkat telepon dan langsung menghubungi seseorang. Terjadi dialog dalam bahasa Mandarin.

“Ya, besok sore pun kalau kalian telah siap, katanya mereka siap menjemput kalian di bandara,” lanjut Mr. Tan langsung meletakkan teleponnya. Kemudian, diberikannya daftar nama yang akan dikirim ke Hong Kong.

Pada saat Kapten Martin melihat daftar nama, Jefri mendekat ke arah Kapten Martin. Dia ingin tahu siapa saja yang akan dikirim. Betapa senangnya Jefri, karena Jafar dan Udin termasuk dalam daftar tersebut.

“Ada apa Jef, kelihatannya kau begitu gembira ?” Tanya Kapten Martin.

“Ya, ternyata ada juga dari Bay Tank, jadi aku tidak terlalu asing. Aku gembira, karena Jafar dan Udin masuk dalam daftar.”

“Oh, soal itu. Ini kan hanya usulan kantor, masih bisa diubah. Apalagi saya ditunjuk menjadi kapten, itu menjadi tanggung jawab saya. Bukankah begitu, Mr. Tan ?”

“Tentu, tentu begitu aturannya. Bagaimana, sudah tidak ada masalah kan ? Kalau tidak ada masalah, aku akan suruh Lili booking tiket untuk keberangkatan besok,” kata Mr. Tan mengangkat telepon menghubungi Lili, dan langsung memesan tujuh tiket Singapore Airlines. Kantor Singapore Airlines di SIA Building, sebenarnya masih satu kawasan dengan Tan Hau Shipping, yaitu masih di kawasan Robinson Road.

“Kalau begitu, saya akan ke kapal dulu sekarang. Saya akan serah terima dulu dengan Chief Officer dan memberitahu beberapa crew yang terdaftar agar mereka standby untuk keberangkatan besok. Sekalian perpisahan lah,” tutur Kapten Martin langsung berdiri menjulurkan tangannya pada Mr. Tan untuk bersalaman. Jefri juga ikut berdiri menyalami Mr. Tan.

Michael Wong yang selama ini menjabat Mualim Satu, sangat gembira mendapat kepercayaan menjadi Kapten Bay Tank. Penggantinya, Morgan Chung Kie, yang selama ini menjadi Mualim Dua. Pathranang Supat, yang selama ini menjabat Mualim Tiga, kini menajdi Mualim Dua. Pengganti Pathranang belum ada, tetapi sebelum berangkat pihak perusahaan akan menyiapkan penggantinya. Kemudian Kapten Martin membawa daftar crew yang akan diberangkatkan, berdasarkan usulan pihak perusahaan. Bagian dek, Kusnadi, Victor Mawekes, dan Jafar. Bagian mesin, Komarudin, dan Efendi. Sementara pemandu dari pihak perusahaan, Jefri. Jabatan lainnya, menurut pihak perusahaan di Hong Kong, telah terisi. Mereka semua, sebenarnya belum lama bekerja di Bay Tank, tetapi perpisahan yang sangat sederhana dan tanpa pesta itu, sangat mengharukan.

“Sebagai pelaut, perpisahan seperti hari ini adalah hal biasa. Tidak di sini, di kapal lain, di pelabuhan-pelabuhan, dan selama laut masih terbentang luas, percayalah kita pasti akan bertemu. Apalagi keberangkatan kami masih membawa bendera yang sama. Namun, selama saya berada di tengah anda, kalau ada kekurangan, dan kesalahan, saya minta maaf. Kita saling do’a menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing, kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kita kekuatan dan kesehatan. Selamat bekerja.” Demikian sambutan singkat Kapten Martin. Penuh haru, tetapi tidak ada tetesan air mata. Pada saat berpelukan dengan Pak Sabar, sebenarnya Jefri tanpa sadar, meneteskan air matanya, tetapi cepat disekanya, agar tidak kelihatan orang lain. Bagaimanapun dia belum bisa setegar teman-teman lainnya.

Walaupun yang akan berangkat ke Hongkong diwajibkan bermalam di mess, tetap saja teman-teman Jefri, kecuali Jafar, tidur di luaran. Yang menginap di mess, hanya tas dan koper mereka. Atau, jangan-jangan mereka merayakan perpisahan dengan kekasih mereka masing-masing. Kalau itu yang terjadi, Jefri sangat memakluminya, karena sore ini pun Jefri akan mengajak Azizah jalan-jalan. Yang tidak mungkin dilakukan Jefri adalah bersenang-senang menonton atau hiburan lainnya, di saat Pak Hasan terbaring di tempat tidur, dalam keadaan sakit. Jefri hanya ingin mengajak Azizah keluar rumah, untuk membelikan Azizah hadiah. Keinginan itu sudah lama direncanakannya.

Jefri bersiap-siap turun untuk membesuk Pak Hasan. Sekalian ingin pamitan, dan juga ingin meminta ijin untuk membawa keluar Azizah. Sebenarnya, Fuad akan ikut, tetapi Salma, isteri Pak Hasan melarangnya. Jefri sangat gernbira mendengarnya, karena malam itu dia hanya ingin berduaan dengan Azizah. Azizah sendiri juga gembira, karena mamanya sangat memahami, bahwa dirinya akan keluar berduaan dengan Jefri. Azizah sendiri sebenarnya tidak tahu apa rencana Jefri untuk mengajaknya keluar, karena Jefri tidak memberitahukannya. Tiba-tiba saja Jefri menyetop taksi.

“Sebenarnya kita mau ke mana, Bang ?” Tanya Azizah sedikit mengejar Jefri yang jalan terburu-buru ke depan kawasan Beach Road.

“Ayolah, pokoknya Zizah ikuti saja abang,” jawab Jefri menghentikan langkahnya, dan merentangkan tangannya menoleh ke belakang. Dengan sedikit malu-malu, Azizah terus mendekat, dekat, dan dirangkulnya Jefri erat-erat. Jefri juga langsung mendekap Azizah. Mereka tidak peduli apakah orang lain memperhatikan mereka atau tidak. Yang pasti itulah pelukan pertama mereka setelah mereka berpisah selama ini. Mereka terus berpelukan sampai ke Beach Road. Ketika menunggu taksi pun mereka terus saja berpelukan. Begitu juga ketika di dalam taksi, Jefri kembali memeluk Azizah. Seakan-akan dia tidak akan melepaskan Azizah dari pelukannya. Ketika Jefri mengatakan ke daerah Orchard Road pada supir taksi, Azizah terkejut.

“Kita nak buat apa ke sana, Bang ?” Tanya Azizah ingin tahu ke mana dia akan dibawa.

“Kita tunggu sajalah. Abang tidak dapat mengatakannya sekarang. Abang nak buat kejutan pada Azizah, jadi kalau abang katakan sekarang ya tidak kejutan lagi namamya. Pokoknya Dik Zizah, sabar sajalah,” jawab Jefri terus menatap ke Azizah. Ketika sampai di Loang & Noi, Jefri meminta supir taksi untuk berhenti.

Azizah agak ragu memasuki toko perhiasan yang demikian mewahnya, tetapi Jefri terus mengajaknya masuk. Seorang pelayan menghampiri mereka. Jefri menunjuk ke arah cincin emas putih yang bermahkotakan sebutir kecil berlian. Jefri meminta Azizah menjulurkan tangan kirinya. Jefri memegangnya, dan mencoba memasukkan satu per satu cincin yang diberikan pelayan toko untuk nya. Jefri gembira ketika ada satu cincin yang sangat pas dikenakan Azizah. Jefri mencabutnya kembali, kemudian diserahkannya pada pelayan loko, untuk segera dimasukkan ke kotaknya. Pelayan toko memberikan tanda pembayaran dan catatan jaminan kualitas. Jefri meninggalkan Azizah menuju ke kasir. Setelah Jefri menerima kotak cincin yang telah dimasukkan ke dalam tas jinjing dengan merk Loang & Noi, Jefri menyerahkannya pada Azizah.

“Bagaimana kalau sekarang kita makan-makan dulu, sepertinya perut abang kosong nih. Di mana ya kita makan ?” Tanya Jefri menoleh ke Azizah.

“Kalau makan sate, Abang setuju, tak ?” Kembali menawarkau pada Jefri.

“Wah, boleh juga ide kau tu Zizah. Apa kita perlu naik taksi lagi kesananya ?”

“Tak payah lah Bang, kita jalan kaki saja. Tidak begitu jauh dan sini, kita jalan saja ke sana, nanti di depan kita belok kanan, ada Scotts Shopping Centre, ya di sanalah Bang.”

Menelusuri keramaian Orchard Road, yang oleh kalangan wisatawan dikatakan kawasan elit di Singapura, memang memiliki keasyikan tersendiri, terutama pada malam hari. Dari toko-toko besar di sepanjang jalan, hotel-hotel bertaraf internasional, aneka musik dan lagu yang berkumandang, lampu-lampu yang berwarna-warni, terang benderang, seakan malam tidak pernah berakhir. Tidak hanya Jefri dan Azizah, orang lain pun banyak berjalan sambil bergandengan tangan, ataupun sambil berpelukan.

“Zizah, kalau tidak ada halangan, besok siang, abang dan teman-teman, termasuk Kapten Martin, akan diberangkatkan ke Hong Kong,” ujar Jefri menoleh ke kiri.

“Ke Hong Kong, Bang ? Terus berapa lama Abang di sana ?” desak Azizah menghentikan langkahnya.

“Kalau menurut Mr. Tan, tugas abang hanya mengantarkan saja. Setelah sampai di kapal yang menerima kami di sana, abang kembali lagi ke sini. Tetapi tak tahu lah, yang jelas kami sudah harus berangkat besok. Bahkan tiketnya pun sudah dipersiapkan.”

“Oh, itu sebabnya Abang ajak Zizah jalan-jalan ?”

“Tidak, tidak hanya itu, tetapi……… “ Jefri mengambil kotak yang ada di dalam tas jinjing yang dibawa Azizah. Diambilnya cincin, kemudian dikembalikannya kotak ke dalam tas.

“Tetapi abang akan memberikan ini padamu, Zizah,” kata Jefri menarik tangan kiri Azizah, dengan perlahan-lahan dimasukkannya cincin yang bertahtakan berlian ke jari manis Azizah. Disingkapkannya rambut yang menutup wajah Azizah, karena Azizah menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Jefri. Jefri memegang dagu Azizah, diangkatnya sedikit ke atas, ditatapnya dalam-dalam mata Azizah.

“Abang mencintai dan menyayangimu,” kata Jefri perlahan, kemudian mengecup lembut kening Azizah.

“Benarkah Bang ? Tetapi Abang nak tinggalkan Zizah besok, Bang. Sampai kapan Zizah nak tunggu Abang ? Zizah takutlah Abang nak tinggalkan Zizah, Bang !” desak Zizah terus membenamkan wajahnya ke dada Jefri. Dipeluknya Jefri erat-erat, seakan dia berat sekali untuk melepaskan keberangkatan Jefri.

“Tetapi abang kan tak lama meninggalkan Zizah.”

“Kalau lama, bagaimana Bang ? Baru malam ini kita bertemu, Abang sudah nak berangkat lagi. Padahal, kita sudah lama tidak bertemu. Kita tak pasti kan akan bertemu lagi ?”

“Ya, Zizah kan tahu tak ada yang pasti di dunia ini. Kecuali kehendak Allah. Marilah kita sama-sama berdo’a, semoga Allah Subhanahuwata’alla mempertemukan kita. Tetapi yang pasti, abang mencintai dan menyayangimu, Zizah.”

“Zizah faham Bang. Karena Zizah juga cinta dan sayang kan abang. Abang tu, cinta pertama bagi Zizah, yang tidaklah mungkin bisa Zizah lupakan. Tak mungkin, Bang. Apa pun yang terjadi, Zizah akan tetap mengenakan cincin pemberian Abang ini. Itu sebabnya Zizah takut kehilangan Abang, bila perlu bawalah Zizah ke Indonesia, Bang.”

“Tetapi besok, abang akan diberangkatkan ke Hong Kong. Paspor dan dokumen lainnya ada di perusahaan, mana mungkin abang ambil lagi ?”

“Abang masih nak memikirkan kerja Abang sebagai pelaut ?”

“Sementara ini, iya Zizah. Sementara ! Tetapi kalau………..”

“Kalau apa Bang, kalau Abang sudah kaya ? Kalau Abang sudah…. tak tahu rimbanya. Sudahlah Bang, dari sejak Zizah melihat Abang pertama kali, Zizah yakin kalau Abang to tak pantas lah kerja kak kapal. Zizah tak pikirkan itu semua, Bang.”

“Please Zizah, untuk keberangkatan kali ini, relakanlah Abang berangkat, ya?”

“Abang faham tak makna dari pemberian cincin ini, faham tak Bang ? Bagi Zizah, ini artinya Abang tu sudah mengikat diri Zizah. Zizah tak lah peduli orang nak katakan apa pada Zizah, termasuk Abang Zizah yang tak senang kan Abang, pasalnya Abang tu pelaut. Kalau Abang faham, Zizah minta Abang tu tidaklah main-main.”

“Main-main bagaimana, maksud Zizah. Apa Zizah tak percaya. Justru karena abang serius, maka abang berani memberikan tanda cinta abang pada Zizah”

“Kalau serius, kenapa Abang nak pergi juga ? Aduh, tak tahu lah,” kata Zizah menggoyang-goyangkan badannya dan melepaskan pelukannya dan melangkah pergi.

“Sebentar, sebentar Zizah,” teriak Jefri mengejar Azizah. Jefri memegang kedua pangkal lengan Azizah.

“Pandanglah abang, Zizah, pandanglah. Zizah, Zizah tu masih sangat muda, masih kuliah, dan masih banyak yang Zizah akan perjuangkan dalam mengisi hidup ini. Zizah harus maju, harus Zizah,” tegas Jefri seraya menggoyang tubuh Azizah. Goyangan Jefri ternyata ampuh. Azizah terdiam menundukkan kepalanya, kemudian dibenturkannya perlahan ke dada Jefri. ….Bersambung……

Back to top button
wahanabola wahanabola login wahanabola daftar agen sbobet pusat sbobet
wahanabola wahanabola login wahanabola daftar jadwal live score prediksi bola
arenahoki arenahoki88 slot bca slot gacor gampang menang
MAKASAR KOTA MAKASAR profil_pafi registrasi struktur_organisasi
meja777 meja 777 meja777 login meja777 daftar rtp meja777
sinden4d sinden4d daftar login sinden4d rtp sinden4d
slot gacor kirim4d daftar kirim4d slot dana
lipo777 lipo777 slot slot login lipo777 daftar lipo777
slot gacor kirim4d daftar kirim4d slot dana
sinden4d daftar sinden4d login sinden4d slot gacort slot gacor gampang maxwin
sinden4d daftar sinden4d login sinden4d slot gacort slot gacor gampang maxwin
sinden4d
pinobola
meja777 meja 777 meja777 login meja777 slot meja777 rtp
kirim4d daftar kirim4d rtp kirim4d slot kirim4d agen kirim4d
sinden4d daftar sinden4d login sinden4d link sinden4d slot sinden4d
mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola
lilin138 lilin138 daftar scetter hitam slot scetter hitam sinden4d slot dana 5000 slot dana
kapaljudi kapal judi login kapaljudi daftar kapaljudi kapaljudi login kapaljudi daftar
mariobola mario bola login mariobola daftar mariobola mariobola login mariobola daftar
wisnu77 slot scetter hitam toto slot88 sinden4d slotgacor
kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar
KAPALJUDI KAPALJUDI Login KAPALJUDI Alternatif Resmi KAPALJUDI Login KAPALJUDI