Cerita Bersambung Kutunggu Kau Di Taman Merlion Singapura-(24)

Halaman 116-120

“Tak apa, untuk kami berdua, cukuplah. Nanti malam kau nak jemput kami, kan ?”

“Tentu, tentu Nyonya,” jawab Wayan mengangguk-anggukkan kepalanya.

Menjelang makan malam, Wayan telah menghubungi Nyonya Wong di kamarnya. Ternyata Nyonya Wong telah siap untuk keluar hotel. Di lobby hotel mereka mencari tempat untuk minum-minum. Wayan menghampiri tamunya. Nyonya Wong meminta Wayan agar bergabung minum dengan mereka. Wayan memanggil pelayan, dan memesan minum untuknya.

“Wayan kalau kau tidak keberatan, ada suatu hal yang mengganjal hati kami, tetapi sebelumnya kami minta hal ini untuk dirahasiakan,” kata Nyonya Wong serius.

“Tentang hal apa Bu, saya akan jelaskan kalau memang saya tahu,” jawab Wayan heran.

“Hm… itu, tentang Hidayat. Anak muda itu begitu hebatnya bisa urus fasilitas ini semua. Apa kami boleh tahu, dia itu sebenarnya anak siapakah ?” desak Nyonya Wong.

“Lho, apa ibu-ibu belum tahu ? Hidayat adalah putera dari salah seorang pejabat tinggi di negara ini,” jelas Wayan tanpa menyebut nama orang tua Hidayat.

“Haiya, dia tu anak seorang petinggi negara ini ?”

“Benar. Orang tuanya cukup berpengaruh di negara ini dan dekat dengan presiden kami. Bahkan, di beberapa surat kabar dan majalah, orang tua Hidayat disebut-sebut sebagai salah seorang calon menteri. Tapi belum tahu menteri apa,” papar Wayan.

“Tak sangka, demikian hebatnya Hidayat tu.”

“Kalau ibu-ibu, bagaimana bisa dekat dengan Hidayat Bakhar ? Kata Hidayat, ibu-ibu sudah dianggapnya keluarga sendiri.”

“Sungguh hebat. Di Singapura, dia suka main kak rumah. Dia itu teman kuliah puteri kami, lah. Eeh, apa orang tuanya tahu kami datang kak sini ?”

“Tentu, tentu Bu. Tetapi yang menghubungi pihak hotel, tentu bukan dia, tetapi salah seorang stafnya. Bagi pihak kami, itu sudah cukup, karena kami yakin Hidayat telah menceritakan soal Ibu-ibu pada orang tuanya, iya kan ?”

“Masalah perjalanan besok dan seterusnya, saya percayakan pada Wayan. Karena Wayan lebih tahu soal seluk-beluk di Bali ini.”

“Saya akan usahakan Bu. Ibu berdua bukan hanya tamu Hidayat, saya, atau Bali, tetapi tamu bangsa kami dan itu kewajiban kami untuk menjaga atau menyenangkan para wisatawan, termasuk ibu berdua, tentunya.”

“Oke lah, sampai bertemu besok pagi. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih padamu.”

Dunia malam di Bali, memang paling tepat bagi wisatawan muda. Klub-klub malam atau kafe-kafe penuh dengan anak-anak muda. Turis-turis asing sangat senang dengan suasana Bali, karena lingkungan sangat mendukung. Dengan busana yang minim pun, baik pria maupun wanita, tidak ada yang usil atau mengusiknya. Semua berjalan biasa-biasa saja antara turis-turis asing dan pribumi, membaur dalam suasana penuh keakraban, tanpa perlu rasa canggung. Malam-malam di Bali terasa begitu cepat.

Sampai di kamar, Nyonya Wong langsung menelpon ke Lulu.

“Ma, Mama menelpon dari mana ini ?” Tanya Lulu ingin tahu keadaan mamanya.

“Lu, mama dan mamanya Ang Mei masih berada di dalam kamar. Kalau mama masih semuda kamu, pasti mama tidak berada di kamar seperti saat ini.”

“Tapi mama kan bisa ajak Wayan keliling-keliling Ma.”

“Kasihanlah dia, mama rasa besok mama seharian penuh mau jalan-jalan. Biar dia istirahat, begitu juga dengan kami yang tua-tua ini. Halo Lu, mama ada berita kejutan tentang Hidayat”

“Tentang Hidayat, Ma ?”

“Benar, sekarang mama sudah tahu siapa Hidayat itu.”

“Siapa Ma, siapa Hidayat sebenarnya ?” Desak Lulu ingin segera tahu tentang Hidayat.

“Hidayat itu ternyata bukan orang sembarangan. Dia salah satu pejabat yang dekat dengan pusat kekuasaan di Indonesia. Bahkan, kata Wayan, papanya Hidayat calon menteri,” papar Nyonya Wong tentang Hidayat.

“Sehebat itu, Ma ? Sudah tahu calon menteri apa, Ma ?”

“Belum, Wayan belum terlalu jauh menceritakan tentang orang tua Hidayat, tetapi dengan jabatan yang sekarangpun, pengaruhnya sangat besar. Mama merasakannya sendiri, betapa orang-orang di hotel ini menghormati mama dan mamanya Ang Mei. Oh ya, segini dulu ya, besok mama telepon lagi, nih Bibi Ong mau menguhubungi Ang Mei.”

“Salam Ma untuk Bibi Ong.”

“Oke, sampai besok ya ? Eh, nih catat nomor telepon hotel kamar mama,” ujar Nyonya Wong langsung meletakkan telepon, karena Nyonya Ong akan menelpon puterinya Ang Mei. Sebagaimana Nyonya Wong, Nyonya Ong juga tidak lupa menceritakan tentang Hidayat. Ang Mei sangat antusias mendengarkan laporan mamanya terutama kalau sedang menceritakan tentang Hidayat.

“Tetapi mungkin nggak Ma, kalau Ang Mei dengan Hidayat berwisata ke Bali.”

“Mungkin saja, kenapa tidak, tetapi dengan Lulu juga, kan ?”

“Ya, nggak lah ma. Eh, tentu Ma, bersama Lulu ke sananya.”

“Mama kan belum ke mana-mana, jadi mama belum lihat bagaimana suasana di Bali. Besok-besok kalau mama katakan bagus, indah, atau menyenangkan, baru kalian rencanakan main ke Bali. Jangan lupa, katakan pada papa, mama baik-baik saja di Bali.”

“Besok call lagi ya, Ma ?”

“Tentu sayang, mama akan meneleponmu setiap malam selama mama di Bali,” kata Nyonya Ong mengakhiri pembicaraan dengan puterinya.

Telepon berdering saat Nyonya Wong dan Nyonya Ong sarapan pagi. Ternyata dari I Wayan, yang sudah menunggu di lobby hotel. Tanpa membuang waktu, I Wayan langsung membawa tamunya ke mobil mini bis yang sudah disiapkan. I Wayan duduk di depan bersama seorang pengemudi sementara Nyonya Wong dan Nyonya Ong duduk di bagian tengah.

Sebelum berangkat, I Wayan memperkenalkan dulu teman Wayan yang sudah berpengalaman berkeliling di Bali, namanya Bonar Sinaga.

“Ibu-ibu boleh memanggilnya Pak Bonar atau Pak Sinaga,” ujar I Wayan menoleh ke belakang. Bonar menjulurkan tangannya bersalaman dengan Nyonya Wong dan Nyonya Ong.

“Kita ke Pantai Kuta saja dulu, saya dengar informasi, nanti siang ada upacara Ngaben, bagaimana Nyonya Wong ?”

“Kami percayakan pada Wayan saja lah. Tetapi tadi ada upacara, upacara apa ya ?”

“Oh, itu upacara Ngaben. Ibu-ibu bisa melihat nanti di sana, kalau informasinya benar. Kalau tidak, ya tetap saja kita ke sana.”

Bonar memarkirkan mobil di perapatan Bakungsari, di halaman sebuah losmen, dekat rumah makan. Di keramaian jalan Bakungsari, antara penduduk pribumi dengan wisatawan asing, hampir sama jumlahnya. Toko-toko menjajakan berbagai macam barang dan souvenir. Dari mulai patung-patung, ukiran sampai dengan busana-busana khas Bali. Corak-coraknya sangat khas. Ada beberapa toko yang khusus menjual barang-barang dari kulit, terutama tas dan jaket. Bahkan salah satu toko, dapat memesan jaket yang warna dan kulitnya dapat memilih sendiri. Menurut Bonar, pemilik toko tersebut, satu kampung dengannya, yaitu dari daerah Sumatera Utara. Dua toko yang saling berhadapan itu diberi nama Romada dan Tuahta. Sampai di ujung jalan, ada semacam pasar yang lebih meriah. Dari pasar telah terlihat Pantai Kuta. Betapa senangnya Nyonya Wong dan Nyonya Ong melihat pemandangan Pantai Kuta. Para wisatawan terlihat demikian gembiranya menikmati pantai pasir putih. Ada yang mandi, berselancar, atau sekedar jalan-jalan di tepian pantai yang siap disapu ombak. Di beberapa tempat, ada ibu-ibu dengan topi lebarnya sedang memijit, baik wisatawan pria ataupun wanita. Wanita berambut pirang tanpa canggung, bertelanjang dada sedang dipijat. Semula agak malu juga Nyonya Wong dan Nyonya Ong melintasinya, tetapi orang-orang lain juga berlalu-lalang dari sana. Sementara wanita berambut pirang yang sedang dipijat, tidak merasa terusik. Beberapa wanita sengaja berjemur diri bersama pasangan mereka masing-masing. Sungguh menambah pemandangan yang belum pernah dialami baik Nyonya Wong ataupun Nyonya Ong. Semua wisatawan dan pribumi menyatu dengan alam yang sungguh-sungguh bebas merdeka. Matahari kian meninggi, pengunjung kian bertambah ramai. Seorang wanita setengah baya menawarkan topi pada Nyonya Wong. I Wayan coba menawar dan membeli dua yang langsung diberikannya pada Nyonya Wong dan Nyonya Ong.

Hotel-hotel mewah terlihat begitu menawan dengan arsitektur yang bernuansa tradisional Bali. Pada sebuah pohon rindang, ada penjaja minuman. Nyonya Wong minta istirahat di sana. Tetapi tiba-tiba ada orang ramai yang sedang mengusung sesuatu. Mereka mengenakan pakaian khas Bali. Nyonya Wong berdiri dan tertarik untuk melihat dari dekat.

“Nah, itulah yang saya katakan tadi,” kata I Wayan pada Nyonya Wong.

“Kita boleh, mendekat ?”

“Tentu, tentu saja. Itu yang namanya upacara Ngaben, mari kita ke sana,” ajak I Wayan terus berdiri dan melangkah mendekat ke upacara yang sedang berlangsung.

“Mereka akan ke tengah laut ?”

“Tidak, tidak terlalu ke tengah. Mereka akan membuang abu mayat ke laut. Itu serangkaian upacara agama kami, yaitu Hindu. Sebelumnya, ada upacara pembakaran mayat, dan setelah menjadi abu, barulah sampai pada upacara yang kita lihat saat ini,” jelas I Wayan tentang upacara Ngaben.

“Tentu biayanya sangat besar, Wayan.”

“Yah, begitulah tata cara agama kami. Tetapi bagi kami yang kurang mampu, ada kebersamaan di antara kami, yaitu bergotong-royong, saling membantu agar upacara dapat berlangsung.”

“Saya pernah menonton film India, yang mirip seperti ini, sekarang saya dapat melihat langsung.

Sungguh-sungguh pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup,” ujar Nyonya Wong dan Nyonya Ong mengangguk-angguk kepalanya.

“Pak Bonar, tolong kau abadikan lebih dekat lagi, tolong Pak Bonar,” kata Nyonya Wong memberikan kameranya pada Bonar.

“Baik Bu, baik. Sini,” jawab Bonar mengambil kamera dari tangannya Nyonya Wong, dan terus mendekat ke tempat upacara Ngaben. Sebuah bungkusan yang berisi abu mayat diusung empat orang terus melangkah ke tengah taut. Pengiring sama-sama berdo’a selama upacara berlangsung. Setelah itu, mereka kembali ke tepi pantai, dan bubar.

“Apa yang Ibu lihat di film India itu, sama saja Bu, karena demikianlah upacara agama Hindu yang sama-sama kami anut. Tetapi kita ada juga yang hanya diletakkan di permukaan tanah.”

“Tanpa dibakar atau dikebumikan ?” potong Nyonya Ong penasaran.

“Benar, Bu. Tetapi agak jauh dari sini. Kalau ibu-ibu mau ke sana nanti akan kami hantarkan. Namanya Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani. Ke arah Timur Laut, yah lebih kurang 65 kilometer lah dari sini.”

“Tidak apa, tidak apa, kami ingin ke sanalah,” kata Nyonya Wong dan Nyonya Ong hampir serentak.

“Oke, bagaimana kalau sekarang kita istirahat dulu di sana, sekalian makan-makan,” tawar I Wayan menunjuk ke arah hotel yang megah. Sekali lagi Nyonya Wong agak kecewa, karena I Wayan tidak bersedia menerima uang darinya. Padahal makan yang mereka santap cukup mahal. Agak sungkan juga Nyonya Wong, karena dia cukup banyak memesan makanan, terutama seafood. Perasaan yang sama dialami juga oleh Nyonya Ong.

“Wayan, kami jadi nggak enak kalau dibayarin terus, tolonglah,” pinta Nyonya Wong.

“Oh, tidak apa-apa Bu. Uang Ibu-ibu untuk beli oleh-oleh saja, nantinya, biar banyak, ya ? sudahlah, semua sudah diatur kok, Bu, jadi Ibu-ibu tidak perlu sungkan lah,” ujar I Wayan meredakan kesungkanan tamunya.

“Oke lah, tapi kalau perlu biaya-biaya nantinya, katakan saja, pasti kami siapkan, dan jangan ragu-ragu.”

“Baik Bu. Bagaimana kita pulang saja ?”

“Ya, kami mau belanja dulu di tempat yang kita lewati tadi.”

“Ayolah,” kata I Wayan terus menelusuri pantai, kembali ke kawasan Bakungsari. Nyonya Wong dan Nyonya Ong sibuk juga memilih barang-barang ukiran, patung-patung kecil, seperti puteri Bali yang sedang menari, baju corak khas Bali, dan t-shirt yang tulisan Bali, atau Kuta. Selain untuk Lulu dan Chung Pha, dibelikannya juga untuk putera-­puteri serta cucunya, termasuk untuk suaminya Wong Chung Hwa dan Maimunah. Begitu juga dengan Nyonya Ong. Terkadang mereka membeli barang yang sama. Baru hari pertama, belanja mereka berdua telah begitu banyak. Dengan harga yang relatif murah, sepertinya mereka sangat menikmatinya.

Bagi I Wayan mengurus kedua tamunya kali ini, bukan sekedar mengejar materi, tetapi berkaitan dengan kariernya di masa datang. Paling tidak, peluang yang diberikan atasannya untuk tidak masuk kantor selama Wayan memandu kedua tamunya suatu kesempatan yang tidak didapat oleh rekan-rekan kerjanya. Terkadang hal tersebut membuat Wayan tidak enak hati, karena dirinya selalu dipercaya atasannya setiap ada tamu. Baik orang Departemen, atau tamu-tamu khusus, sebagaimana yang dilakukannya saat ini. I Wayan beruntung, tamunya kali ini adalah wanita-wanita separuh baya yang tidak merepotkannya. Terutama, tidak ada kegiatan malam hari, sehingga Wayan cukup beristirahat dengan kedua anak dan isterinya Maria Hartojo, puteri seorang mantan pejabat di kota Malang, Jawa Timur. Kedua tamunya kali ini juga tidak banyak permintaan, sebagaimana tamu-tamu kantornya selama ini, yang membuat Wayan terkadang sangat berlawanan dengan hati nuraninya. Terutama para pejabat yang datang tanpa ditemani isteri-isteri mereka, yang selalu saja meminta pada Wayan untuk dicarikan teman wanita. Terkadang, malah minta dicarikan wanita asing dengan bangsa, warna kulit, usia, bentuk, dan tinggi badan dengan kriteria tertentu. Kerahasiaan tugas tersebut sangat dijaga Wayan dengan baik, sehingga banyak pejabat yang berbaik hati padanya. Sejak saat itulah Wayan menjadi istimewa di antara teman-teman kerjanya. Tidak sedikit tip-tip yang diterimanya dari tugas-tugas khusus tersebut, yang membuat ekonominya kian membaik. Seorang pejabat tinggi di Departemennya malah pernah memberinya mobil sebagai hadiah, karena Wayan dapat mengurus perkawinan bawah tangan untuk seorang wanita muda yang siap menjadi simpanan sang pejabat. Dengan pemasukan khusus itu pula Wayan dapat membeli rumah sendiri, berumah tangga, dan dapat menyelesaikan kuliahnya di salah satu Perguruan Tinggi di Bali.

Nyonya Wong dan Nyonya Ong melaporkan pengalaman mereka pada puteri mereka. Apa yang mereka lihat tadi siang di Pantai Kuta, sangat terkesan bagi mereka untuk mereka ceritakan. Pengalaman itu sama-sama pengalaman pertama bagi mereka.

“Ternyata Bali itu sulit untuk diceritakan, Lu. Atau mama yang tidak dapat menceritakan detailnya padamu.”

“Kenapa bisa begini Ma ? Kan mama melihat sendiri peristiwa itu dan berada di sana.”

“Itulah keistimewaan Bali, Lu. Bahkan besok mama akan diajak Wayan ke satu daerah di mana orang yang telah meninggal tidak dikuburkan atau perabuannya dihantar ke tengah laut, yang di Bali disebut Ngaben, seperti yang mama ceritakan tadi, tetapi mayatnya diletakkan di bawah pohon.”

“Mama berani melihatnya dari dekat ?”

“Kenapa tidak ? Mama kan tidak sendiri. Ada mamanya Ang Mei, Wayan, dan Bonar.”

“Siapa Bonar, Ma ?”

“Oh, dia temannya Wayan, yang tugasnya sebagai pengemudi. Tempi orangnya sama seperti Wayan, selain baik, ramah, hanya Bonar orangnya suka cerita yang lucu-lucu.”

“Kalau begitu Hidayat tidak salah memilih orang untuk menemani Mama selama di Bali.” **Bersambung……..

Back to top button
kirim4d kirim4d login kirim4d daftar rtp kirim4d kirim 4d
sulap777 sulap777 login sulap777 daftar rtp sulap777 sulap 777
wahanabola wahanabola login wahanabola daftar agen sbobet pusat sbobet
wahanabola wahanabola login wahanabola daftar jadwal live score prediksi bola
arenahoki arenahoki88 slot bca slot gacor gampang menang
MAKASAR KOTA MAKASAR profil_pafi registrasi struktur_organisasi
meja777 meja 777 meja777 login meja777 daftar rtp meja777
sinden4d sinden4d daftar login sinden4d rtp sinden4d
slot gacor kirim4d daftar kirim4d slot dana
lipo777 lipo777 slot slot login lipo777 daftar lipo777
slot gacor kirim4d daftar kirim4d slot dana
sinden4d daftar sinden4d login sinden4d slot gacort slot gacor gampang maxwin
sinden4d daftar sinden4d login sinden4d slot gacort slot gacor gampang maxwin
sinden4d
pinobola
meja777 meja 777 meja777 login meja777 slot meja777 rtp
kirim4d daftar kirim4d rtp kirim4d slot kirim4d agen kirim4d
sinden4d daftar sinden4d login sinden4d link sinden4d slot sinden4d
mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola
lilin138 lilin138 daftar scetter hitam slot scetter hitam sinden4d slot dana 5000 slot dana
kapaljudi kapal judi login kapaljudi daftar kapaljudi kapaljudi login kapaljudi daftar
mariobola mario bola login mariobola daftar mariobola mariobola login mariobola daftar
wisnu77 slot scetter hitam toto slot88 sinden4d slotgacor
kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi daftar kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login kapaljudi login ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang daftar ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login ligabintang login mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola daftar mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login mariobola login ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi login ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar ligapelangi daftar bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga login bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar bolasinga daftar pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola login pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar pinobola daftar
KAPALJUDI KAPALJUDI Login KAPALJUDI Alternatif Resmi KAPALJUDI Login KAPALJUDI