Cerita Bersambung Kutunggu Kau Di Taman Merlion Singapura-(57)
Halaman 281-285
Baru saja Jefri turun dari taksi, Pak Sumarna sudah menyambutnya hangat, Jefri agak sungkan dengan penghormatan seperti itu. Mereka langsung masuk ke dalam rumah, dan Pak Sumarna mengajak Jefri duduk di ruang tengah.
“Sementara isteri dan puteriku mempersiapkan makan siang, kita duduk-duduk saja dulu di sini. Silahkan, silahkan Jef”
“Terima kasih Pak,”ujar Jefri langsung duduk berhadapan dengan Sumarna.
“Bagaimana Jef, kau sehat-sehat saja ? Kelihatannya kau betah di Bandung ini.”
“Mudah-mudahan Pak saya memang tidak lama lagi akan meninggalkan Bandung, tetapi saya punya rencana membuka usaha di Bandung. Ada beberapa teman saya sedang mempersiapkan rencana tersebut”
“Wah bagus itu. Kalau boleh tahu, kau akan membuka usaha di bidang apa”
“Rencana pertama, kami akan membuka usaha biro perjalanan.”
“Biro perjalanan ? Apakah hanya dalam negeri, atau sampai luar negeri, Jef ?”
“Kita lihat saja perkembangannya nanti Pak. Kalau rencana saya tenbunya sampai ke luar negeri. Bila memungkinkan, malah kita akan buka biro Perjalanan haji. Itu pun tentunya sangat tergantung dengan hasil kesepakatan kita siang ini.”
“Tergantung kesepakatan ? Apakah ada hubungannya dengan pertemuan hari ini ?”
“Sangat, sangat besar sekali hubungannya Pak,”
“Apa Bapak boleh tahu kira-kira hubungan tersebut, Jef ?”
“Bukankah kita akan makan siang dulu baru akan mengadakan kesepakatan ?”
“Yah, menurut Bapak, sama saja Jef. Sekarang atau nanti, tohk sama saja, Katakan saja Jef, Bapak jadi tidak sabar ingin mendengarkannya.”
“Kalau memang begitu, ya saya akan mengatakannya sekarang. Tetapi dengan segala kerendahan hati, saya mohon Bapak tidak mengaitkan ini dengan pemaksaan, ataupun apalah namanya. Semua ini hanya sebuah amanat, dan itulah tugas yang harus saya sampaikan pada Bapak.”
“Langsung, langsung saja lah Jef. Apa kira-kira yang disampaikan Tuan Hong padamu.”
“Tidak, tidak banyak Pak, Dia malah bangga, peninggalannya di Bandung ini, termasuk perhiasan isterinya yang tertinggal dapat Bapak manfaatkan dengan baik., sehingga Bapak menjadi salah seorang ternama di Bandung ini.”
“Ahk nak Jefri bisa saja. Saya masih orang biasa-biasa saja kok.”
“Itu karena kebesaran jiwa Bapak. Tetapi pengalaman saya masuk ke Bandung ini, belum saya sebut nama Bapak, semua pada mengenalnya. Bukankah itu suatu bukti, Pak ?”
“Kita kembali ke persoalan kita tadi. A.a.a, soal Tuan Hong. bagaimana, bagaimana.”
“Pertama, dengan persiapan pengalihan dari pemerintah Inggris ke pemerintah Cina soal Hongkong yang tidak lama lagi dilaksanakan, berdampak angin segar bagi Kakek Hong dan keluarganya. Itu berarti, sistem administrasi kependudukan di Hongkong akan berubah. Hal tersebut telah diantisipasi, terutama oleh Irene, cucu Kakek Hong. Dengan langkah itu, diharapkan, Kakek Hong dan keluarganya tidak perlu takut lagi dicap sebagai pelarian.”
“Alhamdulillah. Bapak gembira mendengar kabar ini, Jef”
“Kedua, setelah peralihan nanti, Kakek Hong dan cucunya akan dapat mengurus paspor, dan setelah ini, mereka berencana untuk berkunjung kemari.”
“Benarkah itu Jef?”
“Benar Pak. Bahkan kalau Bapak percaya, sekarang ini Kakek Hong sedang menunggu hasil pertemuan kita siang ini”
“Menunggu kita ? Kalau begitu, katakanlah Jef apa yang harus Bapak lakukan agar pertemuan kita ini berhasil. Katakanlah Jef. Selama itu menyenangkan Tuan Hong, Bapak akan memenuhinya Kesempatan untuk bertemu dengan Tuan Hong sudah sangat lama Bapak dambakan. Kita sama-sama tahu Jef, status beliau selama ini telah membuat Bapak serba salah. Bapak pernah mencoba berkunjung untuk menemuinya di Hong Kong, tetapi beliau melarangnya, jadi tolonglah Jef, apa. yang harus Bapak lakukan agar persoalan di antara kami selesai. Itu pun kalau kita mau mengatakannya sebagai persoalan”
“Saya tidak berani mengatakan apa yang harus Bapak lakukan tetapi saya hanya sekedar menyampaikan permintaan Kakek Hong dan cucunya. Permintaan mereka tidak banyak, hanya dua, ya hanya dua, Pak.”
“Kalau hanya dua, ya cepatlah katakan Jef”`
“Ya, dari tadi juga sebenarnya saya ingin mengatakannya, tetapi Bapak tidak sabar. Baiklah Pak, yang pertama, sebelum Kakek Hong kemari, dia ingin memiliki sebuah rumah yang ada kolam kecil, dan ada kebunnya. Kedua, cucunya ingin memiliki rumah yang merangkap toko, dan inilah yang saya katakan ada kaitannya tadi. Di mana nantinya kami akan membuka suatu usaha. Hanya itu yang dapat saya sampaikan Pak.”
“Aduh Bapak kira Tuan Hong akan meminta kembali uang-uangnya, Bapak jadi plong sekarang, jadi tenang Jef. Karena Ternyata, Tuan Hong masih baik pada Bapak, jadi Bapak akan kabulkan kedua permintaan yang baru kau sebut itu Jef. Padahal, kalau hanya itu, kenapa sejak kedatanganmu di rumah ini, dulu tidak langsung saja kau katakan pada Bapak.”
“Yah, waktu itu, suasananya sangat berbeda Pak. Kita belum akrab seperti saat ini.”
“Baiklah Jef, Bapak kira, tidak ada masalah lagi, iya kan ? Bahkan untuk ruko, selesai makan nanti, Bapak akan minta Desy menemanimu untuk memilih di lokasinya yang tidak begitu jauh diri sini. Seingat Bapak, masih ada beberapa bangunan yang belum terjual”
“Wah, saya sangat bahagia mendengarnya, Pak”
“Kemudian, soal rumah yang ada kebunnya, Bapak tidak bisa buru-buru membelinya. Apalagi di pinggiran kota, kalau bisa Bapak minta waktu lah Jef.”
“Kalau sekiranya sudah ada. bagaimana Pak ?”
“Maksudmu kau sudah menemukannya ?”
“Benar Pak, saya sudah menemukan seperti yang diinginkan Kakek Hong. Bahkan Kakek Hong sudah saya beritahu lokasinya, dan Kakek Hong sangat setuju.”
“Hebat, kau memang benar-benar hebat Jef. Baru beberapa hari di Bandung, kau sudah tahu ada rumah di pinggiran kota yang akan di jual. Coba katakan, di daerah mana, dan berapa kira-kira harganya”
“Rumah itu berada di kawasan kebun bunga di Desa Cihideung. Hanya, berapa harga rumah, dan tanah itu akan dijual, saya belum tahu. Yah, saya minta waktu sampai besok siang. Pagi-pagi saya akan ke sana, dan dari sana, nanti saya akan menemui Bapak.”
“Bagus. Kalau boleh menemui Bapak di sini, dan akan Bapak bayar. Nah, untuk sementara, Bapak kira urusan kita selesai. Jadi, tolong kau hubungkan Bapak dengan Tuan Hong. Bapak sudah tidak sabar untuk berbincang- bincang dengannya, Jef. Kita gunakan telepon yang di sana saja,” ajak Sumarna menarik tangan Jefri menuju ke tempat telepon yang terletak di atas meja kecil.
Jefri langsung mengangkat telepon, dan langsung menghubungi Kakek Hong. Ternyata, orang tua itu benar-benar menepati janjinya menanti telepon dari Bandung. Jefri langsung saja mengatakan. kalau kini di depannya ada Pak Sumarna yang ingin segera berbicara Jefri langsung menyerahkan telepon kepada Pak Sumarna. “Hallo, hallo Tuan Hong, ini Sumarna. Sumarna, Tuan. Tuan baik-baik saja, kan ?” “Baik, aku baik-baik saja Marna. Sudahlah Marna kau tidak perlu lagi memanggilku dengan kata-kata tuan. Panggil aku, Pak Hong saja lah Keadaan keluargamu, sehat semuanya ?”
“Alhmndulillah, semuanya sehat-sehat Tuan, eh Pak Hong. Saya bahagia karena kata Jefri. Tidak lama lagi Bapak dan cucu Bapak akan ke Bandung. Saya sangat mengharapkan kita dapat bertemu lagi, Pak. Apa yang Bapak pesankan pada Jefri, sudah saya penuhi semuanya. Satu atau dua hari, semua surat-suratnya akan beres.”
“Maaf kalau aku menyusahkanmu, Marna. Aku harus mengatakan apa padamu, Marna. Kau memang benar-benar orang baik Marna Terima kasih, terima kasih. Aturlah baik-baik dengan Jefri. Dia sudah saya anggap sebagai cucu sendiri. Oh ya, sampaikan Salam saya untuk isteri dan anak-anakmu “
“Sudah selayaknya saya mengabulkan pemintaan Bapak yang sebenarnya tidak sebanding dengan apa yang saya miliki dari peninggalan Bapak. Jadi, saya lah yang seharusnya mengucapkan terima kasih pada Bapak dan Ibu. Maafkan kalau selama ini saya kurang berkomunikasi dengan Bapak. Maafkanlah saya Pak.”
“Sama-sama Marna. Aku memahami, dan memakluminya. Keadaan lah yang membuat kita demikian. Soal hartaku, sebanyak apa pun yang kau miliki, kalau kau tidak pintar mengelolanya, aku yakin semua itu tidak ada artinya. Jadi aku kira kita sama-sama berdoa, agar kita dapat bertemu kembali. Begitu saja aku kira, dan tolong hubungkan aku kembali dengan Jefri.”
“Baik Pak, Baik”ujar Sumarna seraya menunduk-nundukkan kepalanya, kemudian menyerahkan telepon pada Jefri.
“Hallo Kek, ini Jefri”
“Jef, Kakek perlu angkat topi padamu.”
“Angkat topi buat apa, Kek ?”
“Ya buat keberhasilanmu meyakinkan Sumarna, sampai dia mengabulkan semua permintaan kita. Walaupun, belum ada surat-suratya di tangan kita. Tetapi Jef, Kakek percaya Sumarna tidak akan mengecewakan kita. Di notaris nanti, semuanya kau tulis saja atas namamu Kakek percayakan itu semua padamu, Jef”
“Terima kasih atas kepercayaan Kakek. Nanti kalau sudah beres semuanya, akan saya kirimkan foto copy surat-suratnya. Untuk Irene, tolong Kakek katakan kalau aku ingin berbicara dengannya. Penting Kek”
“Penting ? Ada apa Jef, kelihatannya kau begitu serius. Hayo, kau keberatan kalau Kakek mengetahuinya ?”
“Enggak, enggak ada apa-apa. Aku dan teman-teman di sini merencauakan untuk mendirikan perusahaan biro perjalanan. Aku percaya, dengan pergaulan Irene yang demikian luas, perusahaan tersebut akan ada kantor perwakilannya di Hong Kong. Minimal wisatawan dari Hong Kong. atau Cina, dapat kita jadikan pangsa pasar kita.”
“Luar biasa, sungguh luar biasa Jef. Jangankah Irene, Kakek pun akan mendukungnya. Nanti akan Kakek bicarakan dengan Irene.”
“Terima kasih Kek. Sudah dulu, ya Kek, nanti akan saya hubungi lagi.”
“Oke, oke, Jef. Hmm, sampaikan lagi salam Kakek untuk keluarga Sumarna.”
“Baik Kek, baik,” kata Jefri langsung meletakkan telepon,
Baru saja Jefri dan Pak Sumarna akan kembali duduk di ruang tamu, Desy datang mencegat dengan merentangkan kedua tangannya
“Eit, eit, mau ke mana lagi, ayo putar badan, langsung menuju ke ruang tengah. Makan siang sudah siap untuk disantap Ayo- ayo,”ajak Desy menggiring Pak Sumarna, dan Jefri ke ruang tengah
“Iya, iya, tenanglah kami pasti kesana. Ayo Jef !” Pak Sumarna menarik tangan kiri Jefri.
“Sudah, jangan pikir-pikir lagi, hayo !”tambah Desy menarik tangan kanan Jefri.
Mereka bertiga pun menuju ke ruang tengah. Pada saat makan akan di mulai, sebenarnya Jefri akan menanyakan, kenapa isteri Pak. Sumarna tidak ikut makan bersama dengan mereka. Jefri tidak berani mengatakannya. Dia takut suasana yang sudah terbangun nyaman, akan berantakan. Itulah yang dijaganya.
“Eh, Des, selesai makan nanti, tolong kau temani Jefri melihat bangunan rumah toko kita. Bila perlu, kalau dia nanti tidak bisa mcnentukan pilihannya, kau bantu dia untuk memilihkannya, Des.”
“Wow, Bang Jefri mau memilih ruko ? Kenapa ruko, sihk Bang ?”
“Abang akan membuka usaha kecil-kecilan lah Des di Bandung ini.”
“Kalau Desy boleh tahu, usahanya di bidang apa ?”desak Desy memandang serius ke wajah Jefri.
“Rencananya, kami akan membuka usaha biro perjalanan “
“Maksud Abang kami, kami siapa sihk, Bang ?”
“Maksud Abang, Kami itu, ya Abang, dan teman-teman Abang lah.”
“Desy enggak diajak Bang ? Kalau masih ada lowongan, Desy ingin bergabung. Boleh kan. Bang ?”
“Ha, ha, ha, kau serius Des ? Kalau memang kau serius, Abang sangat gembira mendengarnya. Bila perlu, besok kita langsung ke notaris untuk mengurus badan pendiri, dan surat-surat lainnya.”
“Benar ini Bang. Desy serius, bahkan sangat serius-.Bapak mendukung Desy kan Pak ?”
“Oh tentu, tentu Bapak mendukungmu. Berapa saham yang dibutuhkan untuk perusahaan tersebut Jef.
T e t a p i…kalau Bapak tidak salah dengar, setelah urusan inii, kau akan segera kembali ke Singapura. Jadi, siapa yang menjalankan perusahaan tersebut ?”
“Sudah, sudah ada Pak. Kedudukan saya, hanya sebagai komisaris utama. Kalau Desy Jadi bergabung, selain sebagai anggota komisaris, saya mengharapkan Desy mau menjadi direktur utamanya. Untuk direktur operasionalnya, saya sudah ada orangnya. Bagaimana Des, kau siap kan ?”
“Kalau ada yang membimbing, Desy siap-siap saja Bang. Hitung-hitung cari pengalaman sebelum Desy merampungkan kuliah Desy. Terus. kalau Bang Jefri pergi ke Singapura, kapan Abang kemari lagi.”
“Ya… bagaimana nanti saja. Untuk agen kita di Hong Kong, akan diurus lrene, cucunya Kakek Hong. Sementara agen kita yang di Singapura, akan Abang usahakan kalau Abang kesana nanti. Oke lah untuk lebih seriusnya, nanti kita bicarakan lagi.”
“Des, bukankah kau akan mengantarkan Jefri untuk melihat-lihat ruko ? Nanti kalau ada yang cocok, kau hubungi Bapak, agar segala sesuatunya Bapak selesaikan.”
“Desy mah, terserah Jefri saja, karena dari tadi juga Desy sudah siap. Kita berangkat sekarang, Bang ?”
“Ya, aku kira, makin cepat, akan makin baik. Kita tidak bisa berleha-leha, karena sore ini Abang ada pertemuan dengan teman-teman.”
“Desy boleh ikut, enggak Bang ?”
“Tentu saja boleh .Bukankah kau nanti yang akan menjadi direktur utamanya ?”
“Akh, Bang Jefri bisa saja.”
“Lho pada saatnya nanti, kan itu jabatan yang Desy sandang, iya kan.”
“Kalau Desy, bagimana Abang saja lah Ayo lah, nanti keburu sore, lagi,”ajak Desy menarik tangan Jefri.
Baru saja Desy dan Jefri meninggalkan rumah, Andi dan Deddy datang. Mereka langsung menemui Pak Sumarna yang kebetulan sedang ada di halaman rumah.
“Bagaimana, bagaimana Pak soal anak muda itu, apa dia macam-macam, atau menekan Bapak ?”tanya Andi begitu berhadapan dengan Bapaknya.
“Tidak, tidak ada masalah, semuanya berjalan dengan lancar, dan tuntas.”
“Nah benar dugaanku, takut juga rupanya dia. Coba kalau tidak kutekan, belum tentu dia berbaik hati begitu pada Bapak.”
“Kau tekan ? Maksudmu, tanpa sepengetahuan Bapak, kau menemuinya, dan menekannya ?”
“Ya ! Aku memang mencoba menekannya agar tidak berbuat macam-macam pada Bapak. Biar dia tahulah ini Bandung, bukan Singapura, atau Hongkong ““
“Andi, kau sudah salah menilai orang. Tindakan kalian, benar-benar sangat memalukan. Kalian tahunya hanya ribut melulu. Kalau perbuatan, kalian sampai diketahui Tuan Hong, mau dikemanakan muka Bapak ini. Mau dikemanakan. hah ?”
“Lho, Bapak sudah dibantu, bukannya berterima kasih, malah marah-marah. Apa anak muda itu tidak cerita tentang pertemuan kami, Pak ?”
“Itulah bodohnya kalian. Bapak sudah katakan tadi, kalau kalian sudah salah menilai orang. Sepatah kata pun dia tidak menyebut-nyebut nama kalian. Baginya, itu tidak penting. Ini urusan Bapak dengan Tuan Hong. Jefri dalam hal ini hanya sebagai perantara Tidak lebih ! Jadi apa yang harus kalian ributkan sama dia ?”
**Bersambung……