Cerita Bersambung Kutunggu Kau Di Taman Merlion Singapura-(64)
Halaman 315-317
BAGIAN KELIMA
Serambi Clifford Pear
Jefri dan Lulu benar-benar menghabiskan waktu mereka di Pulau Sentosa. Tidak ada tempat yang tidak mereka jelajahi, sejak siang hari, sore, malam, sampai terbitnya kembali matahari. Pengunjung lain pun melakukan hal yang sama. Sama-sama menikmati keindahan dan suasana Pulau Sentosa. Pulau yang telah memberi sejuta kenangan. Kenangan yang terukir begitu saja, tanpa pernah mereka rencanakan. Bermimpi pun barangkali tidak. Semuanya berjalan begitu saja seakan tanpa beban, atau dibatasi ruang-ruang waktu, karena mereka baru bertemu, dan berkenalan. Jefri umpamanya. Sejak dia menginjakkan kakinya kembali di Singapura, dia telah menyadari, kalau dirinya tidak akan mungkin lagi bertemu dengan Azizah. Demikian pula apa yang dialami Lulu. Hidayat begitu saja meninggalkannya, tanpa memberi pesan. Jangankan menelepon, mengirim surat pun tidak. Sehingga, mustahil baginya untuk bertemu kembali dengan Hidayat.
Manakala kita melihat kemesraan mereka, tentu kita tidak akan percaya, kalau mereka berdua sebenarnya baru beberapa jam lalu berkenalan. Itu pun di keramaian kantor pos. Mereka menuju ke terminal kereta gantung Selama dalam perjalanan, sampai ke dalam kereta gantung, Lulu terus memegang tangan Jefri. Seakan dia takut Jefri akan meninggalkannya Dia tidak ingin mengalaminya sampai dua kali.
Dalam perjalanan naik bis menuju Beach Road, Lulu terus menyandarkan kepalanya dengan manja ke bahu Jefri.
“Lu, Lu, “ujar Jefri menepuk-nepuk perlahan pipi Lulu.
“Wow, kita sudah sampai di mana jef ?”
“Beach Road. Kita turun di depan saja,, ya ? Kau marah enggak kalau aku tidak mengantarmu pulang. Ada yang aku harus kcrjakan siang ini “
“Oke, no problem, tetapi malam ini, kau harus datang ke rumah. Ingat, jangan tidak datang. Ya Jef?”
“Ya, aku usahakan, aku akan datang. Kau tahu, rencanaku, begitu sampai di hotel, aku akan istirahat. Nah, siapa tahu aku ketiduran, dan bangunnya tengah malam.
“Tidak, aku tidak mau. Kau harus datang Jef. Aku tunggu ya ?” kata Lulu langsung melambaikan tangannya, sebelum naik taksi.
Begitu sampai di kamar, Jefri langsung menghempaskan badannya ke atas ranjang Dirabanya perlahan-lahan keningnya. Dipandangnya tel
epon di atas meja kecil. Diambilnya dompet dari saku celananya, kemudian dikeluarkannya kartu-kartu nama yang ada. Dicobanya menghubungi Kantor Pusat Tan Hau Shipping. Betapa tersentaknya Jefri, mendengar suara wanita yang menerima teleponnya. Walau hanya dua patah kata, dia sangat mengenal, suara itu. Jefri langsung duduk.
“Hallo, ini pasti Lili, ya ?”
“Benar ! Ini siapa ya, ada yang bisa saya bantu ?”
“Ada, bahkan banyak sekali yang perlu Anda bantu.”
“Ya, tetapi saya bicara dengan siapa ini ?”
“Anda bicara dengan seorang pemuda yang baru saja dipensiun dari Hong Kong,”
“Jefri ? Ini pasti Jefri. Iya, kan ?”
“Tepat, tepat sekali. Terima kasih Li, Anda masih ingat padaku.”
“Tentu, tentu aku ingat. Bagaimana aku bisa lupa dengan film star seperti kau, Jef.”
“Ya syukurlah kalau masih ingat Aku takut, kalau namaku sudah dicoret.”
“Dicoret “? Wah, tidak mungkin lah Jef. Kapan saja kau nak datang, aku pastikan perusahaan akan memberi peluang”
“Aku senang mendengar kata-katamu barusan. Dengan begitu, aku segera akan datang.”
“Kau serius, Jef ? Segera lah kemari. Ada kabar baik buatmu”
“Kabar baik ? Kau bisa mengatakannya sekarang ?”tanya Jefri penasaran.
“Kalau sekarang, percuma saja, karena aku sendiri, tidak tahu kau ini ada di mana Jef”
“Bagaimana, kalau aku katakan sekarang ini bahwa aku menelepomu dari salah satu hotel di kawasan Beach Road Singapura. Kau percaya ?”
“Ahk aku tidak percaya.”
“Oke, aku akan berikan telepon hotel ini, dan cobalah menghubungiku di kamar 312. Aku tunggu, ya ?” Kata Jefri mendikte perlahan nomor telepon hotel tempatnya menginap.
“Hallo, benar ini Jefri ?”
“Nah, kini kau percaya, kalau aku sudah berada di Singapura, kan ?”
“Aku percaya, Jef. Tetapi ada kejutan, yang berhubungan denganmu, yang aku kira, kau tidak dapat menduga, atau menebaknya,”Lili mencoba mempermainkan Jefri
“Huh ! Kejutan apa ya ? Please. jangan buat aku penasaran.”
“Tenang, tenang Jef Aku tahu kau berada di kawasan Beach Road, iya kan ? Nah, tidak jauh dari mess kita, kan”?”
“Iya, tapi apa hubungannya dengan aku ?”
“Ada ! Sayangnya, waktu sampai di Singapura, kau tidak langsung ke mess, jadi tidak ada surprise-nya.”
“Ada urusan pribadi yang aku tidak dapat katakau padamu saat ini, Li. Tetapi kalau perusahaan memang memberikan peluang, aku akan segera menuju ke mess saat ini.”
“Aku kira, sebaiknya begitu. Soal perusahaan, sekarang juga aku akan laporkan pada Mr.Tan, bahwa kau sudah berada di Singapua Tetapi coba segeralah ke mess, ada kejutan besar.”
“Please, jangan buat aku penasaran, katakanlah Li, ada kejuatan apa sebenarnya di mess.”
“Okelah, kalau tidak sabar, aku akan segera mengatakannya. Dengar Jef, sudah satu minggu ini, pamanmu ada di mess.”
“Alhamdulillah ! Kau serius kan Li ?”
“Tentu, tentu saja aku serius. Kau boleh membuktikannya sekarang, dan aku yakin pamanmu masih ada di mess saat ini. Cepatlah kau temui dia,” pesan Lili menutup pembicaraannya.
Mendengar kabar dari Lili bahwasanya pamannya ada di mess, Jefri buru-buru mandi, dan bersiap-siap meninggalkan hotel Dia menelusuri Beach Road menuju mess perusahaan Di kawasan Flat Beach Road, Jefri memandang ke atas, ke lantai enam. Di salah satu kamar di lantai itu pamannya berada. Sampai di lantai enam, Jefri tidak langsung ke kamar pamannya, tetapi dia ke kamar crew. Dia berharap akan bertemu dengan Ahmad, penjaga mess asal Malaysia yang sangat ramah dan baik. Baru saja Jefri mencoba melihat ke dalam mess yang pintunya tidak tertutup, dari dalam seseorang yang sedang duduk membaca, langsung berdiri memandang ke arah Jefri. Sejenak mereka saling pandang. Tetapi begitu Jefri melangkah, Ahmad juga melangkah . Mereka langsung saling berpelukan erat. Ada kerinduan yang menyeruak dari dalam dada mereka masing-masing untuk mereka curahkan dalam pelukan persahabatan yang tulus. “Bagaimana, Mad, apa kau baik-baik saja ?”ujar Jefri melepaskan pelukannya, langsung menuju kursi dan duduk.
“Aku baik-baik saja. Jef. Aku tidak melihat kau tu membawa koper, tas, atau…..“
“Ya, aku hanya ingin menyampaikan apakah kau masih ada di mess ini, dan benar pamanku ada di sana?”
“Jef, aku ini heranlah kau tu datang tak bawa apa-apa, tetapi kau tu dah tahu kalau pamanmu ada kak sini. Kau ni sebenarnya duduk kak mana Jef. Kau tak mau lagi duduk kak sini. kah.”
“Terus terang Mad, dua hari ini aku tinggal di hotel. Aku tak sanggup datang ke mess ini, takut-takut kau tidak ada, dan aku teringat terus dengan almarhum pak Hasan. Tolong kau antarkan aku ke makamnya ya, Mad ?”
“Ya, tapi aku kan masih duduk kak sini, kau datanglah. Soal ke makam pak Hasan, aku akan antar kau kcsana. Bila ada waktu, Aku pun sedia nak antarkan kau ke isteri pak Hasan. Tetapi kau tidak akan menemukan Azizah di sana. Paling juga, Fuad adiknya “
“Kalau sudah jelas begini, aku akan segera mengambil barang-barangku di hotel, dan segera saja kita berziarah ke makam pak Hasan. Soal ke isterinya, aku kira hesok saja kita menemuinya. Terutama soal Azizah, aku pingin tahu sebenarnya dia ada di mana, Mad ?”
“Sebentar, aku akan menemui pamanku dulu,”ujar Jefri akan meninggalkan Ahmad.
“Eh Jef, jangan sekarang Sebaiknya, kau tu ambil barang saja ke hotel. Nanti aku akan bangunkan pamanmu, dan memberitahukan kedatanganmu,”pinta Ahmad, untuk tidak menganggu pamannya yang sedang istirahat.
Akhirnya, Jefri mematuhi saran Ahmad. Dia buru-buru ke lift, dan memanggil taksi menuju ke hotel. Dalam perjalanan. dari hotel ke mess, Jefri masih penasaran, kenapa Ahmad melarangnya ketika ingin menemui pamannya. Kalau pun istirahat, dan diganggu, Jefri yakin pamannya tidak akan marah.
Bersambung…….